Friday 6 November 2015

Ust. Zacky Mirja: Lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama



Ustadz Zacky Mirza melakukan kunjungan ke Sukahaji Waterboom di Ciamis pada kamis (5/10). Beliau mengunjungi  Sukahaji Waterboom setelah pada pagi harinya  mengiktui Trail Adventure bersama Gatras (Gabungan Trail Sumberjaya).
Ust. Zacky tiba di Sukahaji pada pukul 14.00 WIB, kedatangan beliau disambut secara antusia para pengunjung dan mendapat sambutan hangat dari majamen. Pengunjung semakin ramai saat mengetahui bahwa Elly Sugigi beserta calon suaminya, dan juga Sabarina juga turut hadir dalam acara tersebut.

Acara tambah riuh saat keempat artis ibu kota ini didaulat untuk naik ke atas panggung untuk menghibur para pengunjung yang sudah hadir beberapa jam sebelum ust. Zacky datang. Pada kesempatan kali ini keempat artis ibu kota ini menyampaikan apresiasi yang sangat luar biasa mengenai konsep Rumah Sampah Berbasis Sekolah yang diterapkan di Sukahaji Waterboom.
Bahkan setelah mendengarkan konsep Rumah Sampah Berbasis Sekolah dari tim RSBS pusat yang di wakilli oleh kang Rido, ust. Zacky dan rombongan menyambut baik konsep rumah sampah ini. 

Menurutnya konsep ini sangat bagus untuk diterapkan karena mengajarkan kita untuk menjaga kelestarian alam khususnya dalam hal mengurangi sampah plastik “sebagaimana tadi telah dijelaskan, permasalahan lingkungan adalah masalah kita bersama. Maka dari itu, mari kita bersama-sama menjaga lingkungan di sekitar kita” ungkapnya.

Selepas acara, Ust. Zacky mendapat cinderamata berupa kaligrafi yang terbuat dari limbah kertas hasil karya tim Komunitas Rumah Sampah Berbasis Sekolah (Komunitas RSBS).**
-Udhe Kurnia-

Thursday 29 October 2015

Thursday 22 October 2015

Tuesday 6 October 2015

Kemunculan Sosok Monster Di Gedung Mandala Universitas Siliwangi




Ada yang berbeda pada kuliah dhuha pekan terakhir. Acara yang di gelar oleh UKM KISI UNSIL pada ahad (04/10) ini mengundang berbagai komunitas kreatif yang ada di Tasikmalaya. Tasik English forum (TEF), Kelas Inspirasi (KI) dan yang tak kalah heboh, yakni Komunitas Rumah Sampah Berbasis Sekolah (RSBS). Merupakan tiga komunitas kreatif Tasikmalaya yang kala itu datang menghadiri undangan panitia.

Tepat pukul 10.00 WIB, ketiga komunitas ini melakukan demo dihadapan 3.000 mahasiswa baru yang hadir dalam gedung Mandala. Satu per satu Komunitas  mempresentasikan seluk beluk komunitasnya masing-masing. Yang pertama diberi kesempatan ialah Tasik English Forum (TEF), kedua, Kelas Inspirasi (KI), dan yang mendapat kesempatan terakhir yakni Komunitas RSBS.
Mulanya, acara cukup santai dan asyik. Namun, suasana berubah saat Kang Rido (Ketua RSBS) melakukan presentasi. Ketegangan dipicu oleh hadirnya sosok Monster yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah peserta Kuliah Dhuha. Kemunculan sosok monster ini sontak membuat seluruh peserta bergidig ketakutan, sebagian lagi berteriak histeris. Suasana yang tadinya santai dan asyik berubah menjadi menakutkan dan tegang.

“Semua peserta harap tenang.!” Seru kang Rido dengan suara yang lantang. “ini adalah monster plastik yang menjadi bagian tim dan maskot RSBS” kata Kang Rido, menambahkan. Akhirnya, setelah mendengar penjelasan dari kang Rido, peserta kembali tenang kendati diantara mereka masih ada yang merasa ketakutan.

“Monster Plastik ini udah jinak. Dia baik, gak akan gigit” kata kan Rido yang langsung disambut gelak tawa semua peserta. Benar saja, meskipun si Monster Plastik ini terlihat menyeramkan, namun gerak geriknya selalu mengundang tawa peserta. Bahkan, Suasana gedung mandala pun kembali mencair setelah si Monster plastik menari bersama dengan kang Rido saat menyanyikan yel-yel diet kantong plastik. Bahkan setelah acara selesai, banyak diantara mereka yang berselfie ria denga si monster plastik ini.

Dalam kesempatan kali ini, kang Rido selaku ketua Komunitas RSBS mengajak seluruh mahasiswa untuk sama-sama mengurangi sampah plastik. “semoga selepas acara ini, makin banyak mahasiswa yang sadar untuk melakukan aksi sederhana, diet kantong plastik”. ia pun sangat berterimakasih kepada UKM KISI yang telah mengundang Komunitas RSBS untuk hadir dalam acara rutin tahunan mereka. “yang daftar gabung ke Komunitas RSBS cukup banyak, kami juga sangat berterimaksih kepada teman-teman KISI dan mahasiwa lain yang mau mengundang dan bergabung bersama komunitas kami”.

Rencananya dalam waktu dekat ini, komunitas RSBS akan melakukan aksi besar untuk mengembalikan Tasik sebagai kota Resik.
-Writtern Udhe Kurnia-










Wednesday 30 September 2015

Rumah Yatim Indonesia Kedatangan Monster Plastik

Setelah beberapa rangkaian Aksi yang dilakukan Relawan Nyakar (Nya'ah Ka Runtah/The Trash Lover) Komunitas RSBS seperti RSBS Goes to Society, RSBS Goes to Market dan RSBS Goes to School, kemarin (29/09) Relawan Nyakar Komunitas RSBS kembali memulai aksinya dengan mengunjungi Rumah Yatim Indonesia yang berlokasi di Perum kotabaru Jl. Bandung blok A2 No. 137-142 Cibeureum Tasikmalaya. Dalam acara yang diikuti oleh seluruh anak binaan di Rumah Yatim Indonesia (RYI), Kang Rido selaku Ketua Komunitas RSBS mengajak anak – anak untuk lebih mencintai lingkungan sekitarnya. dihadapan anak-anak, ia menerangkan pentingnya mencintai alam dengan berbagai ilustrasi, dongeng, nyanyian dan lainya. Anak-anak binaan Rumah Yatim Indonesia yang mengikuti acara ini sangat menyimak dengan sangat antusias dengan tema yang dibawakan juga gaya penyampaian kang Rido yang jenaka membuat anak-anak tertawa gembiara. Dalam acara ini juga di hebohkan dengan hadirnya monster plastik yang turut memeriahkan acara. Menurut kang Rido, ia sengaja membawa kostum Monster Plastik sebagai ilustrasi dalam memotivasi agar anak-anak tidak menggunakan kantong plastik secara berlebihan (Diet Kantong Plastik) dan tidak buang sampah sembarangan, “jadi ini Cuma ilustrasi, jika mereka (anak-anak) buang sampah plastik sembarangan, maka sampahnya akan jadi monster plastik dan memakan mereka” pungkasnya. (Writtern by Udhe Kurnia)


Relawan Nyakar Komunitas RSBS goes to Mayasari Plaza

   Pada 8 september lalu, salah satu komunitas yang fokus ke permasalahan lingkungan khususnya sampah, menggelar aksi sosialisasi di Mayasari Plaza. Aksi ini merupakaian salah satu perwujudan program kerja komunitas RSBS yakni RSBS Goes to Market. Dalam aksinya, para relawan komunitas RSBS yang diberi nama Relawan Nyakar "Nya'ah Ka Runtah/The Trash Lover"menyosialisasikan mengenai pentingnya 3R (Reduce, Recycle, Reuse). Menurut mereka, 3R ini harus selalu di terapkan dalam menangani permasalahan sampah. Dalam aksinya kali ini, Komunitas yang di pimpin oleh Nursalim Ridha (Mr. Rido) fokus untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai bahaya sampah, khususnya plastik. Mereka mengatakan bahwa sampah terbesar yang patut diwaspadai oleh seluruh segmen masyarakat adalah plastik. Konon untuk dapat di uraikan oleh tanah, plastik memerlukan waktu 100 sampai dengan 1000 tahun di dalam tanah. Selain memerlukan waktu yang sangat lama, plastik pun diciptakan dengan bahan baku utama minyak bumi. Berdasarkan beberapa pertimbangan itu pula lah komunitas RSBS menggelorakan aksi untuk diet kantong plastik khusususnya di wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya. Tujuan utama aksi ini adalah terciptanya masyarakat Tasik yang bersinergi untuk sama-sama mengurangi penggunaan kantong plastik.Menurut Komunitas RSBS, diet kantong plastik merupakan langkah sederhana untuk mengurangi bahaya kantong plastik itu sendiri. Aksi yang di gelar di pintu Utama Mayasari Plaza ini mendapat dukungan secara penuh dari salah satu manajer Mayasari Plaza, Andi Gumelar. Bahkan masyarakat yang berkunjung ke Plaza ini pun cukup antusias, hal ini terlihat dari banyaknya tanda tangan yang di bubuhkan dalam sebuah kain putih besar sebagai petisi Tasik diet kantong plastik. (Writtern By Udhe Kurnia)

Monday 28 September 2015

Aku Bukan Tempat Sampah


Sang Sungai sedang bersedih.
“Mengapa ya semua orang tega membuang sampahnya disini? Aku kan sebenarnya merupakan sumber air bagi mereka. Seandainya saja mereka mau merawatku.” gerutunya.

Dari kejauhan tampak dua orang remaja yang sedang berjalan. Mereka asyik mengobrol sambil menikmati camilan yang ada di tangan mereka masing-masing. Sungai mengawasi mereka.
“Hmm enak. Sayang, cepat habis,” kata salah satu dari mereka. Tiba-tiba, dilemparkannya bungkus snack itu ke arah Sungai. Plak! Sampailah bungkus snack itu ke permukaan air Sungai. Sungai pun semakin merengut karenanya.
“Coba lihat! Begitu cara mereka memperlakukanku!”

Namun tak banyak yang bisa dilakukannya. Hatinya semakin sedih, dan juga marah.
“Tak tahukah mereka bahwa aku ada untuk keindahan mereka juga, membantu mereka, memberi mereka sumber air? Aku seharusnya selalu bersih. Tapi karena mereka tak pernah peduli padaku, aku menjadi seperti ini, airku keruh dan kotor, penuh sampah. Banyak kuman penyakit bersarang di airku. Kalau begini kan aku tak bisa lagi membantu mereka. Siapa yang rugi? Bukankah mereka sendiri?”
Sungai mulai meneteskan air matanya. Semakin deras dan semakin deras. Tiba-tiba langit pun ikut menangis bersama Sungai. Berdua mereka menumpahkan air mata. Semakin banyak dan semakin banyak. Hingga airnya meluap, tak dapat ditampung lagi oleh Sungai. Air membuncah keluar, dan menuju ke perkampungan warga dengan cepat.
Warga panik. Mereka segera berusaha menyelamatkan harta bendanya dari amukan air Sungai. Yang rumahnya berlantai dua, segera memindahkan barang-barang penting ke lantai atas rumahnya. Sedangkan yang bisa berlari dan mengungsi, segera pergi dari rumahnya masing-masing.
Kali ini tangis si Sungai benar-benar meluap. Ia sudah tak tahan dengan tumpukan sampah yang terus menjejalinya.

“Wah, banjirnya agak parah,” keluh beberapa warga yang melihat dari kejauhan di pengungsian.
“Yah, sebenarnya banjir itu kan bukan kesalahan alam. Kita tak bisa menyalahkan alam, atau sungai yang tiba-tiba meluap. Kitalah sebagai manusia yang seharusnya sadar. Saya jadi ingat, dulu sungai itu masih jernih, masih bisa dijadikan tempat untuk mencuci baju, mencuci piring, bahkan mandi bersama teman-teman kecil Bapak. Namun sekarang banyak orang yang suka membuang sampah ke dalamnya. Sungguh sangat disayangkan.” Seorang bapak berkata sambil merenung.
Warga yang mendengar cerita bapak tadi ikut tercenung.
Bapak itu melanjutkan, “Padahal, sungai itu bisa menjadi tampungan air jika ia dibiarkan mengalir dengan lancar. Namun sampah manusialah yang membuatnya tak bisa mengalir lagi. Airnya juga jadi tak sejernih dulu.”

Si Sungai yang mendengarnya, sedikit terharu. Ternyata masih ada manusia yang memperhatikannya.
“Bapak-bapak, Ibu-ibu, sepertinya kita harus melakukan perubahan. Bagaimanapun, ini adalah untuk kepentingan kita juga. Jika banjir sudah surut mari kita bergotong royong membersihkan sungai. Mulai mendisiplinkan diri untuk tidak lagi membuang sampah di sungai.

Mereka semua setuju dengan usul Bapak tadi.
Tiga hari kemudian banjir mulai surut. Warga lega bisa kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka pun bekerja membersihkan rumahnya dari sisa-sisa kotoran tanah bekas banjir.
Beberapa warga juga mulai bergotong royong membersihkan sungai. Tak lama kemudian, menyusul warga yang lain bergabung bersama warga yang lebih dulu turun ke sungai. Mereka bekerja dengan giat, mengumpulkan sampah yang mengapung di permukaan air dengan perahu-perahu kecil. Sungai menjadi lebih bersih sekarang, meski belum benar-benar jernih, akibat sampah yang sudah terlalu banyak hingga mengubah warnanya, namun sungai itu kini bisa mengalir dengan lancar.
Warga pun bersyukur, dan berjanji tak kan membuang sampah lagi di sungai.
Si Sungai pun kini senang. Karena warga akhirnya sadar bahwa dirinya diciptakan memang untuk menjaga keseimbangan alam. Mengalirkan air yang sebenarnya bisa dimanfaatkan warga, namun bukan untuk membuang sampah.
“Terima kasih semua!” seru Sungai riang.
Sebelumnya sudah pernah dipublikasikan di blog pribadi: sohibunnisa.blogspot.com
Image diambil dari sini.

Data Penulis
Nama: Ade Delina Putri
Blog: sohibunnisa.blogspot.com
Twitter: @adedelinaputri
Facebook: Ade Delina Putri